Mengenai Melajang: Teman Diskusi



Oke, ini mungkin post pertama saya dalam bahasa Indonesia di blog ini, dan sebenarnya isi dari postingan ini sendiri adalah postingan pribadi saya di tumblr dalam edisi polesan. Berhubung postingannya salinan dari tumblr, jadi harap maklum kalau isinya curhatan haha...Niatnya postingan ini mau saya buat berseri, jadi ditunggu komenan dan masukannya :D


Belakangan ini saya berpikir, di usia saya yang sekarang, seharusnya saya seperti teman-teman saya yang lain, sibuk di rumah membina rumah tangga dan mengurus anak-anak bukannya sibuk ngurusin pabrik dan hidup orang (baca: jadi asisten pribadi si Bos). 
Sebenarnya kemarin-kemarin saya sempat tertarik dengan lawan jenis yang kelihatannya potensial, tapi setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya nggak dulu deh hahaha, entah kenapa. 

Jadi, sebenarnya saya melajang karena sibuk bekerja, atau sibuk bekerja karena saya melajang? :P



Ngomong-ngomong soal lawan jenis, jadi orang yang supel dan seneng ngobrol itu sebenarnya seperti pisau bermata dua, terutama dalam hubungan dengan lawan jenis. 
Di satu sisi itu sangat menguntungkan, terutama dalam urusan kerjaan (lagi-lagi kerjaan). Kita jadi luwes dan gampang berkomunikasi sama para klien, suplier, atau buyer. Lebih gampang juga untuk mengakrabkan diri dengan atasan. Kalau sudah begitu, insyaallah kerjaan juga terasa lebih mudah dan santai.

Di sisi lain, menjadi orang yang (katanya) enak diajak ngobrol dan diskusi seringkali membuat kita hanya jadi sekedar teman diskusi, tidak lebih. Bahkan sama orang yang disukai pun, mereka pasti hanya menganggap saya sebagai “temen ngobrol yang bisa diajakin cerita tentang macem-macem” tanpa berpikir bahwa hey! saya juga bisa jadi teman hidup yang potensial lho...(self bragging binti self promotion haha)


Kadang-kadang saya berharap saya  dikasih ‘malu’ sedikit, biar seperti perempuan-perempuan yang biasanya diidolakan oleh para lelaki. Malu-malu kalau diajak ngobrol, kalem, dan nggak pernah mengutarakan pendapatnya secara gamblang. Mungkin kalau saya seperti itu, para lelaki akhirnya bisa melihat bahwa saya ini juga manusia dengan gender perempuan yang bisa menjadi pasangan hidup dan berkembang biak. Berkali-kali saya dekat dengan lawan jenis, dan berkali-kali pula status saya mentok di partner ngobrol ngalor-ngidul atau teman diskusi. Friend zone specialist kali ya, saya ini :P

sandal_pasangan
Kata orang, sendal aja ada pasangannya


Mungkin sebenarnya ini hanya masalah persepsi dan kedewasaan, mungkin. Konon katanya laki-laki itu lebih lama proses pendewasaanya jika dibandingkan dengan perempuan, makanya ada istilah “Boys will be boys,” segala. Kebanyakan relasi dan atasan saya yang usianya sudah cukup berumur (35++ dan foreigner) bilang kalau saya perempuan yang menarik karena enak diajak diskusi dan kaget ketika bilang saya sama sekali belum pernah punya hubungan spesial dengan lawan jenis. “Padahal penampilan kamu cukup oke dan kamu orangnya enak diajak ngobrol lho,” atau “Kalau di J****(negara asal para relasi dan bos saya) kamu pasti populer,” dsb (another self-bragging, sorry not sorry). Sayangnya kebanyakan laki-laki di rentang usia saya (mid. 20 - awal 30) tidak mencari perempuan yang seperti saya. Bukan maksud menggeneralisir, tapi kebanyakan laki-laki sebaya di sekitar saya lebih suka dengan tipe perempuan yang ala-ala manis manja grup. Bisa diajak ngobrol, but not that far, misalkan berdiskusi tentang peradaban Atlantis atau hal-hal lain yang sedalam palung laut dan serumit benang kusut *lebay*. Saya sempat bertanya sama teman dekat saya yang laki-laki alasan kenapa tidak ada laki-laki yang tertarik dengan saya dan jawabannya adalah “Karena kamu kurang manja,” Titik. Full Stop. Period.


Kalau sudah begitu saya juga bingung, karena saya nggak terbiasa bermanja-manja dengan orang lain (anak sulung FTW!) dan kalau saya coba-coba besikap manis dan manja, orang-orang protes, bilangnya gak pantes, aneh, dan nggilani (plus saya sendiri pun nggak nyaman kalau harus bersikap manis manja seharian). Sepertinya saya memang harus mencari pasangan yang usianya jauh diatas saya, biar tingkat kematangannya’pas’ (ya kali spaghetti al-dente*kemudian lapar*) yang paham kalau perempuan itu tidak hanya sekedar manis dan manja. Karena  kehidupan pernikahan itu bukan sekedar cinta, tapi lebih ke partner hidup (eaaa mulai ngawur). Kalau kata temen kantor saya sih, saya harus SIANIDA, SIAp NIkah sama duDA ←judul lagu Dangdut kekinian. Okay, whatever.


Kalau kalian sendiri bagaimana? Punya pertanyaan yang menghantui kehidupan melajang kalian atau sempat menghantui semasa lajang? Boleh dibagi di kolom komennya kakak :D



Labels: , , , ,